Denpasar (28/6/2014), Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) yang biasanya diselenggarakan pada bulan Mei setiap tahunnya diselenggarakan terlambat di Bali. Banyaknya libur hari raya dan kesibukan di bulan Mei yang membuat kegiatan ini menjadi tertunda. Akhirnya pada tanggal 28 Juni 2014 kegiatan MRAN ini baru dapat dilaksanan dan kegiatan MRAN kali ini berbeda dari biasanya karena dilaksanakan di kawasan pariwisata internasional Pantai Kuta Bali.
Acara yang terselenggara berkat kerjasama dari Pemerintah Daerah (Pemda) Badung, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Badung, Palang Merah Indonesia (PMI) wilayah Badung, Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba) dan Desa Adat Kuta ini dihadiri oleh masyarakat umum, relawan PMI serta Orang terinfeksi HIV dari berbagai latar belakang.
Sebelum acara dimulai tepatnya pada pukul 15.00 WITA dilaksanakan terlebih dahulu Mobile Konseling Tes Sukarela (KTS) oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kuta II. Mobile KTS ini diikuti oleh beberapa orang yang berada di Pantai Kuta maupun turis dari mancanegara yang secara sukarela ingin mengetahui status HIV-nya.
Mari Jaga Cahaya itu dan Berperan Aktif dalam Penanggulangan HIV-AIDS adalah tema yang diusung pada MRAN tahun ini. Seperti kita ketahui angka penularan HIV meningkat setiap tahunnya dan apabila bukan kita yang berperan aktif dalam penanggulangan penyebaran HIV siapa lagi? Kita harus bisa menjaga perilaku kita agar angka penyebaran HIV tidak terus bertambah seperti tidak melakukan perbuatan yang beresiko seperti melakukan seks berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom dan menggunakan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian. Pada acara ini juga dibacakan petisi dan harapan dari Orang terinfeksi HIV yang berisi agar pemerintah daerah mendukung pengobatan dan perawatan HIV secara lebih maksimal.
Pantai Kuta yang hingar bingar pada malam minggu itu berubah drastis menjadi haru setelah Rondi dari Yakeba memimpin acara puncak MRAN ini. Peserta berdiri melingkar membawa lilin yang menyala sambil mengingat apa yang sudah terjadi baik itu teman, saudara yang telah terinfeksi HIV ataupun mereka yang sudah tiada karena HIV-AIDS. Isak tangis dan haru menyelimuti peserta. Pada akhir acara, peserta menaruh semua lilin agar tetap menyala secara bersamaan beserta harapan dan doa mereka agar penanggulangan dan pengobatan HIV tidak berhenti sampai disini.
Oleh: Dony Fauzan